REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy pada tahun ini akan fokus melakukan peningkatan produksi batu bara kokas atau coking coal. Selain peningkatan produksi, Adaro juga akan membidik pasar pasar coking coal.
Presiden Direktur Adaro, Gharibaldi Tohir menjelaskan ekspansi pasar Adaro kepada jenis coking coal merupakan salah satu langkah Adaro untuk bisa mengembangkan bisnis. Boy, sapaan akrab Gharibaldi mengatakan coking coal merupakan salah satu produksi batu bara yang dibutuhkan untuk bahan baku baja.
Menurutnya, Indonesia yang sedang mengembangkan industri manufakturnya sangat membutuhkan bahan baku baja ini. "Coking coal itu merupakan satu diservifikasi perubahan yang kita lakukan dalam pemikiran 20-30 tahun kedepan. Kami melihat ini adalah sebuah peluang. Kedepan bisnis baja juga menunjukan tren yang positif," ujar Boy kepada Republika, Ahad (24/3).
Boy juga menjelaskan Adaro melalui anak usahanya Adaro MetCoal Companies (AMC) memasang target produksi batu bara kokas sebanyak 1 juta ton atau relatif sama dengan realisasi produksi tahun lalu sebesar 1,01 juta ton.
Sedangkan lewat Kestrel Coal Resources Pty Ltd, salah satu perusahaan tambang yang baru saja diakuisisi oleh perusahaan ditargetkan akan produksi 6,5 juta ton batu bara. Target ini melonjak 35,42 persen dari realisasi produksi pada tahun lalu sebanyak 4,76 juta ton.
"Saya sih melihatnya ini potensi pasar yang bagus. Maka kita juga akan fokus untuk memaksimalkan produksi," ujar Boy.
Namun saat ditanya apakah ada rencana untuk menambah cadangan batu bara kokas ini melalui akuisisi tambang lainnya, Boy mengatakan belum ada rencana dalam waktu dekat. "Kalau akuisisi tambang lain belum ya. Kita fokus dulu saja sama Kastrel sekarang," ujar Boy.